Selasa, 26 Mei 2015

Analisa Account Instagram @annisayudhoyono


Pada kesempatan kali ini saya memilih untuk menganalisa account instagram dari Annisa Larasati Pohan, SE, MM. Atau yang lebih kita kenal dengan Annisa Pohan. Beliau lahir di Boston, 20 November 1981 umur 33 tahun. Annisa adalah seorang model Indonesia. Ia pernah menjuarai ajang pemilihan Gadis Shampo 2001. Sebelumnya, ia menjadi finalis GADIS Sampul tahun 1997. Annisa Larasati Pohan adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan satu-satunya perempuan, dengan ayah Aulia Pohan berasal dari Sumatera Utara dan ibu Mulyaningsih dari Jawa Timur. Ayahnya Aulia Pohan adalah mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia. Lahir di Boston, Amerika Serikat dan kemudian mengikuti sang ayah yang bertugas ke Tokyo, Jepang selama beberapa tahun. Selanjutnya tinggal di Jakarta dari SD sampai lulus dari SMU 70 Bulungan. Meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat ini Annisa sedang menempuh pendidikan Master di Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Saya menganalisa account instagram beliau dari "Be Tags: Transparent, Authentic, Genuine, Sincere."
  • Transparent memiliki arti yaitu jelas. Tampak dari instagram beliau dari foto yang di post. Bahwa Annisa sudah memiliki pendamping hidup Agus Harimutri Yudhoyono seorang perwira TNI AD yang juga putra pertama dari presiden RI ke-6 SBY menikah pada awal juli 2005. Tiga tahun kemudian Agus dan Annisa dikaruniai seorang putri yang bernama Almira Tunggadewi Yudhoyono yang lahir tepat di hari kemerdekaan 17 Agustus tahun 2008. Annisa menuliskan di bio instagram bahwa beliau pendiri Yayasan Tunggadewi, yaitu yayasan yang peduli terhadap wanita dan anak-anak. Yayasan Tunggadewi didirikan pada tahun 2009 ( www.tunggadewifoundation.org ) dan telah berhasil mengembangkan pusat-pusat belajar informal gratis untuk anak-anak dan Ibu mereka, diantaranya Rumah Pintar dan Jendela Dunia. Selain itu, dia adalah Brand Ambassador dari Alleira Batik (@alleira_batik). 
  • Authentic adalah ciri khas. Saya menyukai isi dari instagram @annisayudhoyono karena ia memiliki ciri khas tersendiri sehingga saya tertarik untuk mengikuti semua post foto beliau. Annisa memiliki ciri khas selalu mengabadikan moment-moment yang berharga seperti ia berliburan dengan sang suami dan buah hati tidak hanya itu dia juga mengabadikan foto dengan teman-temannya.Dan kata-kata bijak setiap minggunya yang memberi dampak positif terhadap followers instagram beliau sebanyak 732.000 followers. Dan ada satu foto yang membuat saya kagum kepada keluarga kecil tersebut, saat ia dan keluarga menggunakan pakaian nasional yang menjadi ciri khas negara masing-masing dalam acara Parade of Nations yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi. Suami beliau @agusyudhoyono memakai pakaian tradisional dari Yogyakarta. Almira memakai kebaya dan kain ulos serta ikat kepala dari Batak Toba, Sumatera Utara. Annisa memakai kebaya, songket Batak, berdandan khas Batak Mandailing, Sumatera Utara lengkap dengan Bulangnya.
  • Genuine adalah apa yang dia share asli atau tidak. Sudah jelas asli karena didalam post instagram beliau ada cuplikan "selamat ulang tahun" melalui video yang ditujukan untuk Adik Ipar beliau Aliya Rajasa. Jadi account instagram ini tidak fake atau palsu.
  • Sincere adalah tulus. Nampak dari post instagram yang ia post pada dua minggu yang lalu. Beliau membuat kata-kata yang dikarang oleh diri dia sendiri yaitu "Ibu adalah kunci sukses sebuah bangsa." Beliau membuat kata-kata tersebut tepat di Hari Ibu Sedunia. Ia menuliskan "Happy International Mother's Day to All Mothers Around The World."


Selasa, 12 Mei 2015

Agen Perubahan Ir. Djarwo Surjanto, Dipl. HE. Si : Bangun Grup Militan




Agen perubahan atau agent of change adalah individu atau kelompok individu yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan atau mempercepat perubahan sosial, budaya, atau perilaku. Didalam blog ini, menurut diri saya pribadi agen perubahan yang saya panuti adalah paman saya sendiri yang menjabat sebagai Direktur Utama Pelindo III yaitu Ir. Djarwo Surjanto, Dipl. HE. Si.

Beliau merupakan Alumni Teknik Sipil ITB lulusan tahun 1977 serta Pascasarjana (S2) jurusan Hydraulic Engineering dari IHE-Delft, Belanda (1980) ini memiliki perjalanan karir yang cemerlang. Merintis karir dari bawah, pada usia 29 tahun, lelaki kelahiran Bandung 12 November 1952 ini sudah dipercaya menjadi kepala Divisi Teknik dengan 80 orang staff dan 50 orang crew kapal. Sebuah pencapaian yang sangat cepat, jarang orang bisa mencapainya dalam lingkup kerjanya saat itu. Karena prestasi kinerja dan semangatnya yang selalu ingin mengerjakan lebih baik dari orang lain pula, kemudian beliau diberi kepercayaan untuk ditempatkan berbagai posisi penting di Pelindo diantaranya:
1. Kepala Bagian Perencanaan dan Pengembangan Pelindo IV
2. Direktur Teknik Pelindo III (1995-2002)
3. Direktur Utama Pelindo IV (2002-2009)
4. Direktur Utama Pelindo III sejak tahun 2009 hingga saat ini
5. Komisaris Utama PT Terminal Petikemas Surabaya (anak perusahaan Pelindo III)

Kepada saya, beliau berbagi kisahnya memimpin BUMN pelabuhan yang berbasis di Surabaya ini. Berikut petikannya:
Bisa dijelaskan proyek apa saja yang tengah dikerjakan?
Ada Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Saat ini Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sudah kekurangan fasilitas, terutama peti kemas dan angkutan pelayaran kapal curah kering dan cair. Maka kami bangun Teluk Lamong. Pada tahap pertama kami bangun dermaga 1.000 meter, lalu reklamasi pulau di tengah laut seluas 20 hektare. Pulau ini jauhnya 4 km dari daratan. Seluruh tahapan mencapai 380 hektare, dermaga 2.500 m2. Kalau jadi semua, hasilnya sama atau lebih besar dari Pelabuhan Perak Surabaya sekarang. Target luas 380 hektare dan dermaga 2.500 m2 itu tuntas 2018-2020. Kalau tahap pertama yang 20 hektare itu April 2014 sudah operasi, tapi pembangunan jalan terus sampai 380 hektare. Proyek ini untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini. Pertumbuhan ekonomi Jatim paling tinggi jadi demand-nya tinggi sekali. Ada lagi proyek terminal baru di Manyar, Gresik. Ini lebih besar lagi skalanya. Proyek ini terdiri dari kawasan pelabuhan 400 hektare, lalu kawasan industri 2.500 hektare, dan residensial 500 hektare. Proyek ini dikerjakan bersama dengan mitra strategis.
Sebenarnya apa ‘mimpi’ dalam proyek-proyek ini?
Ini akan mengefisienkan logistik karena pelabuhan lokasinya nanti berjejer dengan kawasan industri. Nggak seperti sekarang, misalnya kawasan industri Karawang lalu pelabuhannya ada di Tanjung Priok.
Apa kunci mendapatkan dukungan mitra strategis?
Pertama, saya terbuka. Kedua, kesetaraan. Jadi nggak ingin menang sendiri. Artinya begini, saya bilang, “Anda beruntung partner-an dengan kami, BUMN, ‘punya fasilitas’ juga, ayo kita duduk sama-sama agar bisnis menguntungkan demi Merah Putih.” Seperti proyek di Manyar. Bulan lalu diberitakan Indonesia kekurangan kawasan industri. Kami beri solusi bukan lagi 200 hektare-300 hektare tapi ini 2.500 hektare.
Ada tugas yang belum tuntas?
Saya sudah tahun keempat. Pekerjaan rumah saya agar 1 tahun ini, hal-hal prinsip bisa selesai. Hal prinsip maksudnya perizinan proyek sudah harus selesai, perencanaan semua selesai. Kemudian basic-nya seperti infrastruktur, jalan, dan listrik. Jadi direksi lain, tinggal mengembangkan. Proyek Lamong, saya harapkan selesai, dilanjutkan tahap kedua. Adapun Manyar saya harapkan jalan masuk selesai, lalu perkavlingannya selesai sehingga pertengahan 2014 industri yang mau memakai sudah bisa membangun.
Bagaimana perjalanan Anda sampai ke puncak karier?
By education. Saya sarjana teknik sipil. Saya masuk Dephub sebagai insinyur sipil sehingga mulai dari pekerjaan teknis, bikin desain dermaga, evaluasi desain dermaga, bikin desain gudang, jalan, mulai dari situ lalu pelan-pelan naik naik jadi kepala divisi teknis. Setelah itu nyerempet ke bidang lain waktu menjadi kepala bagian perencanaan dan pengembangan pelabuhan. Pada posisi itu saya bukan bicara perencanaan teknis lagi tapi perencanaan bisnis. Saya mulai belajar bisnis pelabuhan, bagaimana agar bagus, profitable. Bagaimana supaya pelanggan puas, jadi tidak semata-mata teknis. Saya di Jakarta cuma 1 tahun di Perhubungan Laut sampai 1977, 1978 saya pindah ke Medan jadi staf BPP Belawan.
Selama perjalanan karier, apa yang paling berkesan?
Saya banyak bertugas di daerah terpencil, mengatasi problem dengan sumber daya tersedia. Suatu saat kami bangun dermaga di Tolitoli pada 1988, bukan Tolitoli seperti sekarang ini. Supaya bisa dirapati kapal Pelni sehingga penumpang bisa langsung turun ke dermaga. Sebelumnya mereka turun pakai sampan ke darat, saat ada ombak, banyak barang jatuh ke laut. Proyek itu dapat pinjaman dari ADB. Standar teknisnya tinggi. Saya harus bangun dermaga dengan karakterisktik beton K-400. Itu nggak gampang. Akhirnya saya dapat formulasi, istilahnya campuran kering supaya kekuatannya maksimal.
Di Pelindo III, perkembangan apa yang sudah dicapai?
Tugas pertama saya di sini membangkitkan semangat teman-teman agar mau fight, bukan asal bekerja. Rasanya sekarang suasananya itu sudah terbentuk, sudah semangat kerja nggak hanya masuk pukul 8 pulang pukul 5 sore. Kalau ke kantor saya di Surabaya, itu pukul 7 malam  masih ada yang kerja. Kedua, untuk apa? Saya sadar pelayanan Pelindo III kepada masyarakat itu jauh dari memuaskan. Contoh, fasilitas masih kekurangan. Nah, ini bagaimana dengan waktu singkat bisa ditutupi, kami bangun fasilitas baru, fasilitas lama kami buat produktivitas meningkat. Alhamdulillah, rasanya ada hasil.
Bagaimana cara membangkitkan semangat?
Kasih contoh. Saya juga harus kerja keras. Harus bersama-sama mereka. Sabtu pun saya masuk, pergi ke proyek sama mereka. Kita ini masih paternalistik. Kalau kasih contoh, otomatis ngikut, nggak mungkin nyuruh lalu ongkang-ongkang kaki.
Pernah kebijakan Anda yang ditentang karyawan? Apa?
Karyawan yang nggak bisa mengikuti akan tertinggal. Saya mengangkat pejabat bukan melihat senioritas, tapi berdasarkan kemampuannya. Walaupun muda, tapi punya prestasi dan berani, saya angkat. Itu dilakukan, banyak GM yang muda-muda, 40-an tahun. Keputusan mendasar dan prinsip itu nggak langsung dilakukan, tapi melalui penjajakan. Kami punya namanya serikat pekerja, bicara dulu dengan pengurus. Apa alasan dan manfaatnya tapi umumnya selalu bisa kami yakinkan. Ada yang bertanya, kami juga nggak berkukuh. Akhirnya kebijakan itu belum kami keluarkan. Misalnya kami menyadari ada kebutuhan yang meningkat tetapi kemampuan dalam menyediakan orang yang mampu belum ada. Jadi saya berpikir untuk memperpanjang masa pengabdian dari tadinya 55 tahun-56 tahun menjadi 58 tahun. Tapi kebijakan ini tak bisa langsung, harus bicara dengan serikat pekerja. Mereka belum setuju, ya belum kami putuskan. Saya jelaskan kalau tidak setuju maka kita akan menghadapi kondisi kekurangan, kalau nggak nanti diangkat orang asal jadi dampaknya begini. Biasanya dengan penjelasan itu mereka bisa mengerti. Tadinya mereka takut, kapan mereka dapat bagian, nanti senior-senior yang terus berkuasa. Tapi saya beri contoh, itu nggak otomatis, ada kriteria secara transparan kami tunjukkan.
Selama Anda berkarier, keputusan apa yang paling dirasa fenomenal?
Keputusan mengembangkan kawasan industri dan pelabuhan di Manyar itu bagi saya cukup berani karena hanya mengandalkan studi sebelumnya, tapi karena ada beberapa mitra yang sanggup bersama membangun akhirnya saya putuskan jalan.
Apakah anda pernah salah ambil keputusan?
Mengangkat orang ternyata tak sesuai harapan. Saya mencoba perbaiki tapi dia nggak bisa, saya ganti. Ada satu dua kali saya salah mengangkat orang. Umumnya karena masalah integritas. Berkemampuan itu gampang tetapi orang yang punya integritas itu tidak mudah. Jumlah karyawan kami ada sekitar 3.000-an.
Bagaimana Anda memandang karyawan?
Oh, saya betul-betul menyiapkan mereka, supaya saat saya pergi dari Pelindo III mereka sudah siap.
Bagaimana cara membuat siap? 
Ya, saya harus membentuk suatu grup yang militan di perusahaan. Susah langsung menyentuh 3.000-an orang karyawan. Jadi harus ada grup-grup khusus yang saya drill, makanya kalau ke kantor pusat itu terlihat masih ada karyawan pukul 7-8 malam itu hal biasa. Mereka termasuk orang-orang yang sudah kena drill. Di cabang-cabang, GM sudah saya pilih anak muda dengan kompetensi. Tahun ini saja kami kirim 30 orang sekolah ke luar negeri. Tahun depan 30 orang lagi, sehingga saat saya selesai Mei 2014, minimum 100 orang dididik di luar negeri ikut program S2. Mereka saya harapkan meneruskan militansi di Pelindo III. Pengiriman belajar ke luar negeri itu agar mereka belajar hidup. Kalau ilmu sama saja, bukunya yang kamu baca sama dengan  di sini. Saya minta mereka tahu orang di luar negeri itu berorientasi pada perencanaan. Saya mengalami waktu saya sekolah di sana.
Pola pembentukan SDM bisa dikatakan terobosan?
Nah, kami harus buat program yang afirmatif. Waktu saya di Pelindo IV, saya buat program Putra Harapan. Merekrut anak-anak Papua 30 orang satu angkatan, saya ambil dari enam cabang di Papua mulai dari Sorong, lalu Jayapura, misalnya 5 orang anak-anak SMA yang nilainya bagus dan dia belum punya rencana atau susah melanjutkan. Saya sekolahkan di Makassar di Balai Ilmu Pelayaran. Kuliah dengan silabus kami soal ilmu kepelabuhanan. Begitu tamat ditempatkan di pelabuhan cabang karena kami siapkan suatu saat dia kembali lagi ke Papua.
Mengapa ini Anda lakukan?
Suatu saat saya mau cari GM dari Papua, susahnya setengah mati. Ketemunya orang Jawa lagi, orang Jawa lagi. Jadi muncullah istilah, lepas dari penjajahan Belanda masuk penjajahan Jawa. Makanya saya buat program ini. Begitu saya masuk Pelindo III hal yang sama dihadapi. Kalau saudara kita di NTT, Kalteng dites bareng dari Jatim, Jateng, tak mengimbangi juga, kalah lagi. Nah, saya bikin program Putra Harapan lagi. Saya sengaja ambil dari Banjarmasin, Sampit, Bali, jadi 60 orang saya bawa ke Semarang di BPLP. Saya bikin program 1 tahun. Mereka diasramakan sehingga terbentuk kedisiplinan. Waktu di Makassar memang cukup 1 tahun, tapi di Surabaya saya masukan mereka ke STIAMAK (Sekolah Tinggi Ahli Manajemen Kepelabuhanan), ini dimiliki oleh yayasan di Pelindo III. Jadi 60 orang itu pagi hari mereka bekerja di Pelabuhan Tanjung Perak, sorenya kuliah. Ini guna meningkatkan SDM masing-masing daerah. Kalau tidak, pimpinan orang Jawa semua, tak adil lagi. Tahun ini kami buat lagi jadi jumlahnya 120 orang. Ini SDM baru yang disiapkan, ditambah program pengiriman karyawan S2 ke luar negeri target 100 orang. Jadi Pelindo III punya karyawan dengan paradigma baru itu kurang lebih 10%-15% dari total personil Pelindo III yang diharapkan jadi motor perubahan. Saat saya selesai, program ini saya serahkan ke direksi baru, kalau bagus teruskan kalau kurang bagus perbaiki.
Apakah anda masih punya obsesi?
Yang saya ingin itu mulai jalan. Ada yang belum jalan, keburu nggak ya? Itu Pelabuhan Benoa di Bali menjadi pelabuhan penghubungan Indonesia untuk turisme. Saya baru berhasil meyakinkan pemerintah dan lembaga terkait untuk membuat jalan tol walaupun sekarang yang dominan PT Jasa Marga.