Teori
Sistem Dunia berpandangan bahwa prospek dan kondisi pembangunan suatu
negara secara mendasar dibentuk oleh proses ekonomi dan pola hubungan
antar negara dalam skala dunia. Teori ini menekankan bahwa merupakan
hal yang sia-sia untuk menganalisis atau membentuk pembangunan dengan
memusatkan pada tingkat negara-negara secara individual dimana
tiap-tiap negara berakar dalam sebuah sistem dunia. Teori ini muncul
saat Perang Dingin, akibat dari konflik Uni Soviet dengan Amerika
Serikat yang memunculkan imajinasi geopolitik baru. Dan menurut para
pakar bahwa teori sistem dunia mulai berkembang abad ke-14 ketika
perdagangan internasional mulai berkembang dan ketika Eropa berkembang
ke dalam jaman penemuan dan penjajahan. Teori ini didasari oleh
pandangan Marxisme yang mana teori ini menekankan pada kelompok,
negara,imperialisme dan kendali atas alat-alat produksi dan tenaga
kerja. Namun teori sistem dunia tidak sependapat terkait teori
developmentalisme dalam Marxisme yang berisi gagasan bahwa masyarakat
secara bertahap bergerak dari paham feodalisme, kapitalisme dan
sosialisme kepada paham komunisme yang dapat dianalisis dan
ditransformasi secara individual dan terpisah dari sistem dunia.
Sejarah
Teori
sistem dunia adalah lanjutan dari teori perkembangan ketergantungan.
Yang lahir pada pertengahan tahun 1970-an setelah perdebatan dua
perspektif pembangunan (modernisasi dan dependensi) yang saling
bertentangan sudah tidak bersifat emosional dan kurang berbau
ideologis. Padahal sebelumnya yaitu pada tahun 1960-an muncul kritikan
tajam dari buku teori dependensi yang lahir sebagai akibat kegagalan
pelaksanaan program-program modernisasi di Amerika Serikat. Kubu teori
dependensi mengatakan bahwa teori modernisasi sebagai rasionalisasi
dari imprealisme. Sementara ajaran dependensi akhirnya berkembang pesat
di amerika serikat dari amerika latin bertepatan dengan sentiment anti
perang di kalangan mahasiswa dikampus-kampus.
Teori
sistem dunia kemudia muncul sebagai ajaran baru kelompok pemikir
pembangunan yang dipelopori oleh imanuel wallerstein. Wallerstein
menujuk banyak peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia
(TEKD) yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif sebelumnya,
khususnya oleh teori depedensi baik yang klasik maupun yang
kontemporer.
Teori
sistem dunia merupakan reaksi terhadap teori depedensi yang dianggap
tidak bisa menjelaskan gejala pembagunan di negara dunia ketiga. Yang
bisa dijelaskan hanyalah gejala terjadinya keterbelakangan. Berikut akan kami uraikan beberapa analisis wallerstein yang berkaitan dengan gejala pembangunan dan gejala terjadinya keterbelakangan yang mengacu pada beberapa negara yakni:
1. Negara-negra
asia timur (jepang, Taiwan, korea selatan, hongkong, singapore) dan
mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kenyataan ini
menjadikan sulit untuk menggambarkan apakah kemajuan ekonomi tersebut
sebagai hasil imprealisme, pembangunan yang bergantung atau
ketergantungan dinamis, karena negara industry asia timur tersebut
mulai memberikan tantangan nyata terhadap kekuatan ekonomi AS.
2. Adanya
krisis di negara sosialis. Perpecahan RRC dan uni soviet, kegagalan
revolusi kebudayaan, stagnansi ekonomi di negra-negara sosialis,
keterbukaan negara sosialis pada investasi asing (yang bersifat
kapitalistik) menyebabkan ilmuan meragukan kebijakan pemutusan hubungan
dan pengisolasian negara dunia ketiga dengan TEKD sebagai model
pembangunan yang tepat.
3. Munculnya
krisis di amerika serikat, perang Vietnam, embargo minyak tahun 1957,
inflasi dan stagnansi ekonomi amerika serikat pada akhir tahun 1970-an,
deficit anggaran belanja pemerintah, deficit neraca pembayaran yang
makin melebar tahun 1980-an merupakan tanda robohnya hegemoni politik
amerika serikat.
Warisan Pemikiran
Menurut Kaye, perspektif yang dirumuskan wallerstein ini lahir dengan cara menyerap
dari dua tradisi pemikiran yang dahulu ada, yakni pola pikir
pembangunan negara dunia ketiga neo marxis (teori konflik) dan ajaran "annaless perancis". Wallerstein
memulai karirnya sebagai ahli tentang afrika. Karya-karya awalnya
mengkaji persoalan pembangunan negara-negara afrika setelah mereka
memperoleh kemerdekaan. Oleh karena itu, tidak sulit untuk memahami,
jika pada tahapan awal perumusan pemikiran teori sistem dunia,
wallerstein banyak dipengaruhi oleh tradisi kajian pembangunan
neo-marxis. Sebagai contoh dalam perumusan
pemikiran teorinya Wallerstein mengambil berbagai konsep yang dimiliki
oleh teori depedensi, seperti konsep ketimpangan nilai tukar,
eksploitasi negara pinggiran oleh negara senter, dan konsep pasar dunia
Wallerstein juga mengambil beberapa prinsip dan pendirian pokok teori
depedensi yang terlihat misalnya pada pembahasanya tentang bentuk
"feodal" metode produksi dalam sejarah amerika. Metode produksi ini
bukan merupakan kenyataann yang dari dulu ada dan tanpa kejelasan kapan
mulai ada, tetapii merupakan produk dari keterkaitan kesejarahan
amerika latin dengan neggara senter. Lebih dari itu, Wallerstein telah
menggunakan konsep-konsep dari Frank, Dos Santos, Amin sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari sistem dunianya, atas dasar bahwa perspektif
ini memang memiliki berbagai kritik yang serupa terhadap teori modernisasi maupun perspektif mengembangkan neo-marxis.
Namun
demikian pada tahapan berikkutnya, ketika Wallerstein telah
mengembangkan perspektifnya sejarah lebih komprehensif, sepertinya
terlihat bahwa penjelasan-penjelasannnya bergerak dan berbeda jauh
dengan apa yang terjadi dibidang garapan dan keprihatinan teori
depedensi maupun neo-marxis. Perubahan orientasi ini dapat dijelaskan
dengan mengingat adanya pengaruh yang kuat ddari fernad braudel dan
ajaran annals perancis dalam konsep-konsep yang dirumuskan oleh
Wallerstein.Teori Sistem Dunia Menurut Para Ahli
Ada beberapa
pandangan menurut beberapa ahli dalam merumuskan atau mendefiniskan
teori sistem dunia, untuk lebih jelasnya mengenai beberapa pandangan
tersebut akan kami uraikan sebagaimana berikut:
1. Immanuel Wallerstein
Dia
beranggapan bahwa dulu dunia dikusai oleh sistem-sistem kecil atau
sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuuk pemerintahan lainnya.
Pada waktu itu belum ada siatem dunia. Masing-masing sistem mini tidak
saling berhubungan. Dunia terdiri dari banyak sistem mini yang
terpisah. Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan secara militer maupun secara sukarela.
Wallerstein
kemudian membagi tiga kelompok negara menjadi tiga bagian yakni:
pusat, pinggiran, semi pinggiran. Konsep ini jelas diambil dari teori
depedensi perbedaan inti kelompok. Jelas, yang
paling kuat adalah negara-negara pusat karena kelompok ini bisa
memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu. Selanjutnya
negara semi pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran
yang merupakan pihak yang dieksploitir. Negara semi pinggiran berada
pada posisi di tengah-tengah antar negara pusat dan pinggiran (baik
dalam pengertian barang yang dihasilkan, upah buruh maupun keuntungan
yang diharapkan bila terjadi pertukaran perdagangan).
Selanjutnya menurut Wallerstein negara-negara bisa "naik atau turun kelas" misalnya dari negara pusat menjadi semi pinggiran dan
kemudian menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turunnya
kelas negara ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pada sebelum perang
dunia kedua, negara-negara eropa (inggris, belanda, perancis)
merupakan negara pusat yang dominan dalam sistem dunia. Kemudian
setelah perang dunia kedua muncul amerika amerika serikat sebagai negara
terkuat setelah negara-negara eropa hancur dalam perang dunia kedua.
Tetapi pada saat ini muncul jepang sebagai kekuatan yang menentang
kelompok hegemonik amerika serikat. Jatuh dan bangunnya kekuatan
negara-negara tersebut oleh Wallerstein dijelaskan melalui sebuah
analisis sejarah dari dinamika sistem dunia
Selain
itu, Wallerstein juga menjelaskan strategi bagi terjadinya proses
kenaikan kelas, baik proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi
pinggiran, dan proses kenaikan kelas dari semi pinggiran ke pusat. Untuk
lebih jelasnya mengenai hal tersbut akan kami uraikan sebagaimana berikut:
a. Proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran
Menurut Wallerstein melalui kenaikan kelas dari pinggiran ke semi pinggiran dengan menggunakan tiga strategi. Yakni:
1) Dengan merebut kesempatan yang datang
2) Melalui undangan
3) Melalui kebijakan untuk memandirikan negaranya
b. Proses kenaikan kelas dari semi ke semi pusat
Kunci
utama terletak pada kemampuan negara semi pinggiran untuk menciptakan
dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup besar (memperlusa
pangsa pasar) untuk melegitimasi secara rasional penggunaan teknologi
maju. Cara antara lain memperluas pasar domestik dengan jalan
memperluas batas wilayah politik, missal mencaplok sebagian atau
seluruh wilayah negara tetanganya juga dengan menaikkan harga impor,
menurunkan biaya produksi barang dalam negeri, dengan cara mensubsidi
atau menurunkan upah tenaga kerja, menaikkan daya beli riil masyarakat
dan lain-lain.
2. James Petras
James
Petras menyebutkan bahwa globalisasi adalah sebuah wacana yang
dijadikan oleh aktor-aktor kapital global sebagai alat untuk memberikan
payung bagi pergerakan dan penyebaran ideologi kapitlisme keseluruh
penjuru dunia. Malui wacana globalisasi, ditumbuhkan mitos-mitos
pembangunan, modernisasi dan industrialisasi. Disebarkan keyakinan
bahwa globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari
karena timbul dari proses-proses alamiah.Menurut
Petras, cikal bakal rancangan global berpangkal pada sistem Bretton
woods yang diberlakukan mulai tahun 1944, yang bertujuan untuk
menciptakan tatanan dunia baru. Bank dunia, dan lembaga-lembaga keuangan
internasional tidak hanya menjadi penyangga tatanan imperial global,
melainkan sebagai "jaringan keuangan global".Wacana
globalisasi membangun mitos bahwa kapitalisme global akan mendorong
tumbuhnya sistem politik yang demokratis, dimana sebuah negara yang
menerapkan kapitalisme global akan melahirkan kelompok atau kelas
menengah yang mampu secara ekonomi-politik menjembatani korespodensi
antara penguasa dan rakyatnya. Selain
itu, teori sistem dunia menurut Petras masih bertolak dari teori
depedensi, namun unit analisisnya dirubah dari negara-bangsa kepada
sistem dunia, sejarah kapitalisme dunia. Serta spesifikasi sejarah
lokal. Menurut teori sistem dunia, dunia ini cukup dipandang hanya
sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Teori
ini berkeyakinan bahwa tidak ada negara yang
dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein
memandang kapitalisme sebagai suatu sistem dunia yang mempunyai
pembagian kerja yang komplek secara geografis. Pandangan
teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan
sistem ekonomi kapitalis mengaharuskan negara pinggiran menjadi
tergantung pada negara pusat. Transfer surplus dari negara pinggiran
menuju negara pusat melalui pandangan dan ekspansi modal. Secara tidak
langsung teori sistem dunia telah mendukung pernyataan Smith yang
memusatkan perhatiannya pada tatanan kelas. Kenyataan yang terjadi
dalam proses kapitalisme telah menimbulkan dampak berupa pertumbuhan
ekonomi yang terjadi karena arus pertukaran barang dan jasa serta
spesialisasi tenaga kerja. Kerangka pertukaran barang dan jasa serta
spesialisasi tenaga kerja terwujud dalam bentuk peningkatan
produktivitas yang lebih dikenal dengan konsep maksimal keuntungan dan
kompetisi pasar.Karakteristik Teori Sistem Dunia
1. Teori
sistem dunia berasumsi bahwa kesenjangan antara negara maju dan negara
terbelakang tidak berkurang. Kesenjangan telah meluas sejak awal
kapitalisme dan akan meluas dimasa mendatang.
2. Wallerstein
tokoh utama teori sistem dunia mengajukan pendapat yang dikenal dengan
tesis immiserasi mutlak, yaitu bahwa kesenjangan yang meluas ini
bersifat mutlak dari pada reatif. dengan kata lain negara-negara
terbelakang mengalami kemandekan atau hanya maju sedikit saja dan akan
cenderung akan merosot.
3. Teori
sistem dunia lebih condong ke teori ketergantugan, negara-negara
terbelakang sekarang adalah akibat dari dominasi kelompok kapitalis
pusat yang berabad-abad. Hampir semua negara ini selalu kalah jauh dari
pusat, tidak hanya relatif tetapi mutlak. Namun demikian ada sedikit
negara yang bisa memperbaiki posisi mereka dalam ekonomi dunia dengan
memanfaatkan kesempatan yang tepat pada saat terjadi perluasan
perkembangan kapitalis.
4. Perspektif
sistem dunia memandang dalam dunia terdapat suatu sistem antae negara
dari negara-negara dan bangsa yang bersaing dan bertentangan yang
terjalin dengan sangat dalam dengan ekonomi dunia kapitalis.
Perpektif Depedensi dan Sistem Dunia
Pada
awal perumusannya, perspektif sistem dunia banyak mengambil dan
menggunkan konsep dan kategori teoritis yang dikembangkan oleh teori
depedensi, dan oleh karena itu tidak jarang ilmuan sosial memberlakukan
kedua perspektif tersebut secara tidak berbeda. Namun demikian, ketika telah terjadi perkembangan
lebih jauh dari perspektif sistem dunia, mulai tampak perbedaan yang
ada di antara kedua perspektif pembangunan tersebut.
Pertama
Unit analisa yang digunakan dalam perspektif sistem dunia ialah sistem
dunia itu sendiri. Tidak seperti teori depedensi yang memfokuskan
analisanya pada tingkat nasional. Perspektif sistem dunia menganjurkan
dengan tegas, bahwa dunia ini haruslah dijadikan unit analisa dalam
ilmu sosial. Wallerstein berpendapat, bahwa setiap penjelasan sejarah
harus beranjak dari sudut padang sistem dunia, dan oleh karena itu
setiap peristiwa sejarah hendaknya dijelaskan dengan menganalisa
akibat-akibatnya bagi sistem dunia secara total dan juga
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, dianjurkan untuk melakukan analisa
sejarah sosial secara holistik dengan mencakup periode waktu yang
panjang dari wilayah geografis yang luas.
Jadi
demikian halnya, perspektif sistem dunia telah membantu untuk
membukakan pintu-pintu untuk memasuki arena persoalan baru, atau paling
tidak menyediakan jendela untuk meneropong dengan kaca baru untuk
menguji persoalan lama yang selama ini telah dikenali. Dalam hal ini,
bahwa "ketika kita menganggap dan menggunakan unit analisa sistem dunia
dan bukan negara, atau bangsa, atau masyarakat, maka akan terjadi
perbedaan yang signifikan dari setiap hasil analisa yang kita lakukan.
Secara khusus, kita akan memindahkan perhatian dari persoalan
pencirian karakteristik hubungan rasional antara negara. Kita tidak
lagi melihat kelas dan status sebagai bentuk pengelompokan dalam satu
negara, tetapi memandangnya sebagai bentuk pelapisan dalam sistem
ekonomi dunia"
kedua
Dengan dipengaruhi oleh metode pengkajian sejarah dari perancis,
wallerstein selalu berusaha melihat, bahwa kenyataan sosial selalu
berada terus-menerus dalam proses perubahan. Dalam hal ini, ia
menjelaskan bahwa "kita berusaha untuk memahami realitas yang selalu
berubah dengan istilah dan rumusan kita. Oleh karena itu, ada
kecendrungan untuk lupa, bahwa ketika kita mampu menangkapnya, realitas
tersebut telah berubah". Untuk mengatasi
persoalan ini, Wallersteins menyarankan agar kajian ilmu-ilmu sosial
dilakukan berdasarkan atas "analisa jangka panjang dan dalam ruang yang
luas, yang di dalamnya konsep yang dirumuskan akan memiliki makna.
Rentang ruang dan waktu yang demikian diharapkan dapat memberikan klaim
intergritas dan otonomi relative atas ruang dan waktu"
Tidak
seperti teori depedensi yang memfokuskan pada masa jaya dan
bangkrutnya suatu negara, perspektif sistem dunia mempelajari dinamika
sejarah sistem ekonomi dunia. Untuk hal ini, Wallerstein berpenndapat
bahwa sistem ekonomi kapitalis dunia ini berkembang melalui
kecenderungan sekulernya yang meliputi proses pencaplokan,
komersialisasi agrarian, industrialisasi, dan proletarialisasi. Bersama
dengan ini sistem dunia juga memiliki apa yang disebut dengan irama
perputaran, yakni irama ekspansi dan stagnasi yang terjadi akibat
ketidak seimbangan permintaan dan penawaran barang dunia.
Ketiga
Berbeda dengan apa yang dimilki oleh teori depedensi, perspektif
sistem ekonomi dunia memiliki satu struktur teori yang unik. Perspektif
ini tidak menggambarkan dunia secara teramat sederhana dengan model
dwikutub, meinkan menjelaskannya dengan model tri-kutub, yakni sentral,
semi pinggiran, dan pinggiran.
Perumusan konsep semi semi-pinggiran ini merupakan satu penemuan teoritis
yang radikal, karena akan membantu dalam memahami dan menguji
kompleksitas dunia. Model tiga pelapisan ini memberikan kesempatan
kepada Wallerstein dan juga peneliti lain yang mengikutinya untuk
menjelaskan secara lebih sistematik kemungkinan terjadinya perubahan
posisi menaik (mobilitas menuju semi pinggiran atau sentral) dan
sekaligus perubahan posisi menurun (dari sentral
ke semi-pinggiran atau dari semi-pinggiran ke pinggiran). Dengan adanya
lapisan menengah ini menjadikan perspektif sistem dunia mampu
mengamati dan mempelajari perubahan posisi yang terus menerus dari
setiap negara dalam kaitannya dengan kontradiksi dan krisis yang selalu
terjadi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia.
Keempat
Dalam hal arah dan masa depan pembangunan, model tiga lapisa
Wallerstein ini secara sadar menjadikan perspektifnya selamat dari
tuduhan model deterministic dan kaku. Seperti yang pernah dialami oleh
teori depedensi, yang mengatakan, bahwa negara pinggiran akan selalu
berada dalam posisi terbelakang atau paling tinggi berada pada situasi
pembangunan yang bergantung. Dengan konsep negara semi pinggiran,
perspektif sistem dunia tidak lagi membutuhkan satu penjelasan yang
rumit dan berbelit, atau meninggalkan tanpa penjelasan apa yang disebut
dengan pembangunan yang independen dan otonom dari negara pinggiran.
Bahkan perspektif ini menjadikan peneliti untuk tidak akan lupa
menanyakan persoalan-persoalan tersebut, seperti misalnya mengapa
negara-negara di Asia Timur mampu meninggalkan status pinggirannya di
akhir abad ke-20 ini.
Terakhir
Tidak seperti teori depensi yang sepenuhya memfokuskan kajiannya pada
negara pinggiran, perspektif sistem dunia memiliki arena kajian yang
lebih luas. Perspektif ini tidak hanya mempelajari negara-negara
terbelakang, tetapi juga negara maju, negara sosialis, dan juga
memberikan perhatian pada perkembangan lebih jauh (kecendrungan sekuler
dan irama perputaran) serta kemungkinan disintegrasi dan kehancuran
sistem ekonomi kapitalis dunia ini. Untuk lebih jelasnya perbandingan antara kedua kedua perspektif pembangunan ini dapat kita lihat pada table berikut:
PERBANDINGAN ANTARA TEORI DEPEDENSI DAN PERSPEKTIF SISTEM DUNIA
| ||
Elemen Perbandingan
|
Teori Depedensi
|
Perspektif Sistem Dunia
|
Unit analisa
|
Negara-negara
|
Sistem dunia
|
Metode kajian
|
Historis-struktural Masa jaya dan surut Negara-bangsa
|
Dinamika sejarah sisten dunia: kecendrungan sekuler dan irama perpustakaan (siklus)
|
Struktur teori
|
Dwi-kutub: sentral dan pinggiran
|
Tri-kutub: sentaral, semi pinggiran dan pinggiran
|
Arah pembangunan
|
Deterministik ketergantungan selalu merugikan
|
Kemungkinan mobilitas naik dan turun
|
Arena kajian
|
Negara pinggiran
|
Negara pinggiran, semi pinggiran, sentral, dan sistem dunia
|
Sumber: Dr. Murodi, Wati Nilamsari,M.Si. Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat, 2007, hal_91
Tipe-Tipe Sistem Dunia
Ada dua tipe sistem dunia yang kami kutip dari "sosiologi; the key concepts " yakni: otoritas dunia (World Empiris) dan ekonomi dunia (World Economic) yang akan kami uraikan sebagaimana berikut:
1. Otoritas Dunia (World Empiris)
peradaban cina, mesir, dan romawi kuno, merupakan otoritas dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia.
2. Ekonomi Dunia (World Economic)
ekonomi dunia, sebaliknya,
memiliki pusat kekuasaan yang beragam dan terintegrasi secara ekonomis
oleh hubungan pasar. Ekonomi dunia muncul bersamaan dengan
berkembangnya kapitalisme di eropa abad ke-16. Semenjak kemunduran
romawi, tidak ada lagi otoritas dunia yang muncul di eropa, yang kala
itu telah terpisah-pisah oleh negara-negara bangsa yang saling
berkompetisi.Memasuki
abad ke-16. Semenjak kemunduran romawi, tidak ada lagi otoritas dunia
yang muncul di eropa, yang kala itu telah terpisah-pisah oleh
negara-negara bangsa yang saling berkompetisi. Memasuki abad ke-16,
para pedagang kapitalis dari barat laut eropa menciptakan jaringan
hubungan yang menyebar antar negara-negara tersebut dan kemudian
menyebar hampir keseluruh dunia. Tepat pada saat itulah untuk pertama
kalinya otoritas antar benua dari eropa ini berkembang. Namun menurut
terminologi wallerstein, itu bukanlah otoritas dunia karena bukan unit
yang mampu mencukupi diri sendiri.
Metodelogi
Bagi
Wallerstain, perspektif system dunia bukan merupakan teori, tetapi
sebuah proses melawan kecendrungan terbentuknya struktur pemahaman dan
pengkajian ilmu sosial sejak dari lahirnya pada pertengahan abad ke 19.
1. Pembagian Disiplin dalam Ilmu Sosial.
Pembagian disiplin ini meliputi Antropologi, ilmu politik, sosiologi, ekonomi, geografi, psikologi, dan sejarah.
2. Sejarah dan Ilmu Sosial
Menurut
pemahaman tradisional sejarah diartikan sebagai ilmu untuk menjelaskan
suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau.
3. Masyarakat Atau Sistem Sejarah
Kajian
ilmu sosial tradisional menganggap bahwa manusia akan selalu
terorganisir dalam suatu kesatuan yang disebut masyarakat yang
didalamnya terdiri dariberbagai kerangka kerja yang di dalamnya manusia
hidup dalam kehidupannya.
4. Batasan Kapitalisme.
Ilmu
sosial memberikan batasan tentang kapitalisme sebagai system yang
mendasarkan diri pada persaingan bebas, persaingan antara produsen
bebas, untuk menggunakan tenaga kerja dan juga tidak terikat untuk
menghasilkan produk yang dikehendaki. Bebas dengan kata lain mengandung
pengertian ada dan tersedianya penjualan dan pembelian di pasar.
5. Tentang Gerak Maju
Ilmu
sosial tradisional memperlakukan sejarah manusia sebagai suatu gerakan
maju dan sebagai suatu perubahan yang tidakmungkin dihindari. Namun
demikian Warllerstein berkeinginan untuk menghilangkan anggapan bahwa
gerak maju sebagai lintasan yang pasti dilalui dan dicapai, dan
memperlakukan sejarah sejarah manusia memiliki baerbagai kemungkinan.
- Budiman Arif, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta, Gramedia, 2000.
- Nilamsari Wati, Murodi, Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat, 2007.
- Scott John, Sosiologi; The Key Concepts. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2011.
- Y.SO Alvin, Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta, LP3ES, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar